Visi Kami

" AGAR HAK DAN MARTABAT MANUSIA SEBAGAI CITRA ALLAH DIAKUI DAN DIHORMATI. "

Rabu, 28 Desember 2011

Kaum Religius: Mistikus dan Nabi?

Rekoleksi Sidang Pleno KOPTARI, Oleh: Rm. Adrianus Sunarko, OFM
oleh KOPTARI Indonesia pada 25 Oktober 2011


Kaum Religius: Mistikus dan Nabi?
§  Mystikus: Relasi intensif dengan Allah.
§  Nabi: Relasi dengan masyarakat aktual.
§  Religius sebagai Mystikus dan Nabi: bukan dua hal yang terpisah; bukan alternatif. Melainkan: Sekaligus mystikus dan nabi.
Dasar Penghayatan panggilan para Nabi
A. Pengalaman rasa terikat pada Tuhan dan Sabda-Nya.
B. Pengalaman rasa terikat pada umat/masyarakat.

  • Terikat pada Tuhan dan SabdaNya: berkat keterbukaan nabi dan refleksi tentang karya Tuhan serta pertolongan, bimbingan khusus dari Tuhan. 
  • Nabi dijadikan seperasaan dengan Tuhan: mengalami secara mendalam apa yang dialami Tuhan, melihat seakan dengan mata Tuhan. 
  • “Lalu Tuhan mengulurkan tanganNya dan menjamah mulutku: Tuhan berfirman kepadaku: Sesungguhnya Aku menaruh perkataan-perkataanKu ke dalam mulutmu.” Yer 1: 9. 
  • Hati nabi semakin sama reaksinya dengan hati Tuhan. 
  • Nabi menjadi alat yang tepat di tangan Tuhan, utusan Tuhan yang bicara atas nama Tuhan, seperasaan dengan Tuhan.
  • “Tetapi apabila aku berpikir: Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.” Yer 20:9. 
  • Untuk itu perlu proses yang tidak mudah. Nabi kadang mengalami krisis, tidak mengerti rencana Allah.
  • “Engkau telah memperkosa aku, ya Tuhan, dan aku telah membiarkan diriku diperkosa; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menggagahi aku. ... Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai.” Yer 20: 7a dan 15: 18b. 
  • Nabi seperasaan dengan Tuhan dalam mengasihi umat-Nya sehabis-habisnya (kisah nabi Hosea). Melaksanakan perutusan kenabian dalam hidup perkawinannya. 
Bentuk pewartaan
  • Kotbah, pengajaran, nubuat, kritik. 
  • Melalui seluruh cara hidupnya (kesaksian hidup): perbuatan simbolis tertentu (Yehezkiel), cara hidup yang aneh (Yesaya, hidup selibat Yeremia, Hosea). 
Resiko
  • “Lalu Amazia, imam di Betel, menyuruh orang menghadap Yerobeam, raja Israel, dengan pesan: Amos telah mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini tidak dapat lagi menahan segala perkataannya. 
  • Lalu berkatalah Amazia kepada Amos: Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana! Tetapi jangan lagi bernubuat di Betel, sebab inilah tempat kudus raja, inilah bait suci kerajaan.” Amos 7: 10-13. 
  • Yeremia: Tugasnya membawa akibat-akibat yang berlawanan dengan dambaan hatinya. 
  • Ia seorang yang suka bergaul dan rindu duduk-duduk bersama dengan orang banyak, tetapi tugasnya sebagai nabi telah menjadikannya seorang yang kesepian dan tak berteman.
  • Ia tidak diperbolehkan nikah dan membangun keluarga, untuk melambangkan keadaan bangsanya yang tanpa harapan (Yer 16: 1-4).
  • Ia tidak diperbolehkan mengambil bagian dalam suka dan duka kampung halamannya. 
  • Ia dijauhi dan dibenci orang sebab selalu menyampaikan berita malapetaka. 
  • Keluarganya sendiri di Anatot berkomplot melawannya (12:6). Mereka mau membunuhnya sebab tidak dapat menahan lagi kritikan tentang kehidupan agama dan masyarakat di Anatot. 
  • Kampungnya sendiri bersepakat mencabut nyawa Yeremia. 
  • “Para imam, para nabi dan seluruh rakyat mendengar Yeremia mengucapkan perkataan-perkataan itu dalam rumah Tuhan. Lalu sesudah Yeremia selesai mengatakan segala apa yang diperintahkan Tuhan ... Maka para imam, para nabi dan seluruh rakyat itu menangkap dia serta berkata: Engkau harus mati! 
  • Mengapa engkau bernubuat demi nama Tuhan dengan berkata: Rumah ini akan sama seperti Silo, dan kota ini akan menjadi reruntuhan, sehingga tidak ada lagi penduduknya? 
  • Dan seluruh rakyat berkumpul mengerumuni Yeremia di rumah Tuhan. 
  • Kemudian berkatalah para imam dan para nabi itu kepada para pemuka dan kepada seluruh rakyat itu, katanya: “Orang ini patut mendapat hukuman mati, sebab ia telah bernubuat tentang kota ini, seperti yang kamu dengar dengan telingamu sendiri.” 
  • Tetapi Yeremia berkata ... “Tuhanlah yang telah mengutus aku supaya bernubuat tentang rumah dan kota ini untuk menyampaikan segala perkataan yang telah kamu dengar itu. Oleh sebab itu, perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu, dan dengarkanlah suara Tuhan ... 
  • Sehingga Tuhan menyesal akan malapetaka yang direncanakan-Nya atas kamu. 
  • Tetapi aku ini, sesungguhnya, aku ada di tanganmu, perbuatlah kepadaku apa yang baik dan benar di matamu ... (Yer 26: 7-14) 
Menolak dipanggil? Merasa tak pantas 
  •  “Firman Tuhan datang kepadaku, bunyinya: Sebelum aku membentuk engkau dalam rahim ibumu, Aku telah mengenal engkau, dan sebelum engkau keluar dari kandungan, Aku telah menguduskan engkau, Aku telah menetapkan engkau menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. 
  • Maka aku menjawab: “Ah, Tuhan Allah! Sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda.” 
  • Tetapi Tuhan berfirman: Janganlah katakan: Aku ini masih muda, tetapi kepada siapapun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi dan apapun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kausampaikan.” Yer 1: 4-7. 
  • Y mendapat tugas yang tidak menyenangkan: menentang raja, pemuka dan imam, seluruh rakyat yang meninggalkan Tuhan. 
  • Pada banyak kesempatan selama hidupnya Yeremia kewalahan dengan tugasnya dan mendambakan agar ia tak pernah dipanggil untuk tugas yang begitu berat dan menakutkan. 
  • Tugas itu membuatnya gentar, sering digoncangkan tapi tak dikalahkan. Tuhan telah menjadikannya seperti tembok tembaga atau kota berkubu (1: 18). 
  • “Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan Allah telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?” Amos 3: 8. 
  • Jawab Amos: “Aku ini bukan nabi dan aku ini tidak termasuk golongan nabi, melainkan aku ini seorang peternak dan pemungut buah ara hutan. 
  • Tetapi Tuhan mengambil aku dari pekerjaan menggiring kambing domba, dan Tuhan berfirman kepadaku: Pergilah bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel.” Amos 7: 14-15. 
  • Lalu kataku: “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam.” 
  • Tetapi seorang daripada Serafim itu terbang mendapatkan aku; di tangannya ada bara, yang diambilnya dengan sepit dari atas mezbah. Ia menyentuhkannya kepada mulutku serta berkata: Lihat, ini telah menyentuh bibirmu, maka kesalahanmu telah dihapus dan dosamu telah diampuni. 
  • Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: Siapakah yang akan Kuutus dan siapakah yang mau pergi untuk Aku? 
  • Maka sahutku: Ini aku, utuslah aku! Yes 6: 5-8. 
Amos 
  • Peternak domba, berasal dari Tekoa, kota Yehuda, 15 km sebelah selatan Yerusalem, daerah belantara tandus. 
  • Menerima penglihatan dengan memperhatikan hal-hal yang paling biasa: sekawanan belalang, tali sipat, bakul berisi buah musim kemarau dll. 
  • Tuhan membuka mata sang nabi agar ia melihat dalam hal yang biasa-biasa itu apa yang sedang berlangsung dalam sejarah. 
  • “Singa telah mengaum siapakah yang tidak takut? Allah telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat.” Amos 3:8. 
  • Pada zaman Amos: agama digemari orang. 
  • Orang menganggap penting untuk ambil bagian aktif dalam ibadat dan mendukung tempat-tempat suci dengan persembahan besar. 
  • Tempat suci, khususnya Betel, menjadi makmur, dan para imampun ikut menikmati kemakmuran itu.
  • Tugas mereka: mengingatkan umat akan sejarah keselamatan Tuhan dan akan Hukum-Nya. Tetapi mereka sering menyesuaikan khotbah dan upacara dengan selera kalangan kaya yang menyokong mereka. 
  • Ibadat harus indah, disukai orang, populer. 
  • Umat Israel yakin bahwa seluruh tata acara ibadat dengan semua pesta dan korban berkenan pada Tuhan. 
  • Dalam Ibadat mereka ingin merasakan, bahwa diterima oleh Tuhan. 
  • Pesan Amos: Kalau perayaan ibadat tidak dilandasi dengan hidup dalam keadilan dan mencintai yang baik, kehadiran Allah justru menjadi kecelakaan dahsyat. 
  • “Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu, dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu.
  • Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka. 
  • Dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. 
  • Jauhkanlah dari padaKu, keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. (Amos 5: 21-23). 
  • Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air, dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir. (Amos 5: 24) 
  • “Mereka menjual orang benar karena uang dan orang miskin karena sepasang kasut” (Amos 2: 6: melalui pengadilan curang, orang tak bersalah dijual sebagai budak karena utang kecil yang tidak dapat mereka bayar). 
  • “Mereka merebahkan diri di samping setiap mezbah di atas pakaian gadaian orang dan minum anggur orang-orang yang kena denda di rumah Allah mereka” (2: 8). 
  • (Pakaian gadaian yang seharusnya dikembalikan kepada orang miskin sebagai penutup badan sebelum matahari terbenam (Kel 22), malah disalahgunakan dalam pesta pora di tempat ibadat). 
  • “Dengarlah ini, kamu yang menginjak-injak orang miskin, dan yang membinasakan orang sengsara di negeri ini dan berpikir: Bilakah bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum. 
  • Dan bilakah hari Sabat berlalu, supaya kita boleh menawarkan terigu dengan mengecilkan efa, membesarkan syikal, berbuat curang dengan neraca palsu; 
  • Supaya kita membeli orang lemah karena uang dan orang yang miskin karena sepasang kasut; dan menjual terigu rosokan.” Amos 8: 4-6. 
  • Para perempuan yg mabuk kemewahan: “Dengarlah firman ini, hai lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria, yang memeras orang lemah, yang menginjak orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-tuanmu: bawalah kemari supaya kita minum-minum. 
  • Akan datang masanya bagimu: Bahwa kamu diangkat dengan kait dan yang tertinggal di antara kamu dengan kail ikan. 
  • Kamu akan keluar melalui belahan tembok, masing-masing lurus ke depan, dan kamu akan diseret ke arah Hermon, demikianlah firman Tuhan. Amos 4: 1-3. 
  • Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air, dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir. (Amos 5: 24) 
  • Di satu pihak: Ibadat meriah. 
  • Di lain pihak: ketidakadilan dan penindasan pada orang lemah, miskin, menderita. 
  • Tantangan kenabian: Ibadat yang dilandasi hidup dalam keadilan dan kebenaran. 
Yehezkiel 
  • Yehezkiel: Imam cendekiawan, nabi yang imajinatif (tak hanya bicara, tapi memegang pena), gembala umat yang memiliki perhatian pastoral bagi setiap anggota umat. 
  • Nabi yang ikut senasib dalam pembuangan di Babel. 
  • Banyak tindakan simbolis: 
  • Menggambar kota pada batu (kota yang dikepung) (4: 1-4) 
  • Harus makan roti yang diransum, lambang kelaparan yang akan menimpa Yerusalem (4:9-11). 
  • Harus mencukur rambut dan jenggotnya, membakar sebagian rambut itu, menetak sebagian dengan pedang dan menghamburkan sebagian lagi pada angin, untuk menunjukkan apa yang nanti akan terjadi dengan penduduk Yerusalem (5: 1-3). 
  • Nabi gemetar sewaktu makan minum (12: 17-20). 
  • Tak mampu menangis dan meratap ketika istrinya meninggal dunia (24: 16-24). 
  • Jalan-jalan sambil memikul barang seorang buangan (12: 1-12). 
  • (melukiskan nasib pahit yang akan menimpa penduduk Yerusalem). 
  • Suasana hati kaum buangan (Israel) nampak berubah-ubah. Menderita karena ditaklukkan musuh, kehilangan sanak saudara, kehilangan tempat tinggal dan sumber penghidupan. 
  • Pengasingan merupakan penghinaan. 
  • Mula-mula berharap, pengasingan tidak akan lama. Tetapi ternyata harapan itu makin tipis, pembuangan berlangsung lama. 
  • Tak mengherankan: sering dilanda perasaan putus asa. 
  • Pengasingan merupakan penghinaan. 
  • Mula-mula berharap, pengasingan tidak akan lama. Tetapi ternyata harapan itu makin tipis, pembuangan berlangsung lama. 
  • Tak mengherankan: sering dilanda perasaan putus asa. 
  • Tentara Babel datang mengepung Yerusalem, menjebol tembok-temboknya dan membakar habis seluruh kota, termasuk Bait Allah. Gelombang baru orang buangan menceritakan kengerian peristiwa itu kepada kelompok yang sudah 10 tahun berada di Babel. 
  • Kemenangan Babel dipandang sebagai kemenangan ilah-ilah Babel. Kemuliaan dewa-dewi mereka saksikan di ibu kota kerajaan. 
  • Kuil-kuil Babel sangat indah dan semarak, batu gemerlapan, gambar , patung. 
  • Dewa-dewa disembah dalam upacara besar-besaran. 
  • Yehezkiel dengan sedih mengungkapkan akibat pembuangan bagi nama Tuhan sendiri. Orang luar mulai bertanya-tanya dan menyindir: Katanya, mereka umat Tuhan, tetapi mereka harus keluar dari tanah-Nya? (36: 20). Tuhan itu Allah macam apa? 
  • Selama dua puluh tahun (593-571 SM) Yehezkiel mendampingi umat Allah yang pada masa itu melewati krisisnya yang terdalam, yaitu pembuangan ke Babel. 
  • “Tulang-tulang kami sudah menjaid kering, dan pengharapan kami sudah lenyap, kami sudah hilang.” (37: 11) 
  • Kesalahan-kesalahan di masa lampau sudah mengakibatkan bangsa dihancurkan oleh musuh, tetapi nabi tidak boleh membiarkan orang Israel terus meringkuk dalam keputusasaan. 
  • “Celakalah gembala-gembala Israel yang menggembalakan dirinya sendiri. Kamu menikmati susunya, dari bulunya kau buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. 
  • Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman ... 
  • Beginilah firman Tuhan: Aku sendiri akan menjadi lawan gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali domba-dombaKu dari mereka ... Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-dombaKu dan akan mencarinya.” Yeh 34: 1-16. 
  • “Aku akan menjemput kamu dari antara bangsa-bangsa dan mengumpulkan kamu dari semua negeri dan akan membawa kamu kembali ke tanahmu.” (36:24) 
  • “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhalamu Aku akan mentahirkan kamu.” (36:25). 
  • “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.” (36: 26). 
  • “Roh Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu ...” (36: 27). 
  • “Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu.” (36: 28) 
  • “Hai Anak Manusia, dapatkah tulang-tulang ini dihidupkan kembali? Aku menjawab: Ya Tuhan Allah, engkaulah yang mengetahui. 
  • Beginilah firman Tuhan Allah kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. 
  • Aku akan memberi urat-urat kepadamu dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah Tuhan.” (37: 3-6). 
Sisi lain panggilan kenabian: 
- membangkitkan pengharapan yang sejati dalam Allah.     - Melawan sikap putus asa. 

1. Seperti pada zaman Amos: Agama sangat digemari orang Indonesia. 

  • Tempat-tempat ibadah dipenuhi orang. 
  • Ada kerinduan meluas akan “penghiburan” rohani (ziarah, kebaktian, dll). 
  • “Terlalu banyak agama”. 
2. Pada saat yang sama: Korupsi merajalela, perampokan uang rakyat, pemiskinan, ketidakadilan dll. 
  • Peran kenabian apa yang sudah dan masih dapat disumbangkan para religius: di satu pihak ada antusiasme pada yang rohani, di lain pihak korupsi dan ketidakadilan, penindasan yang merajalela? 

3. Berkaitan dengan itu pula: problem perusakan lingkungan hidup yang terus meluas. Pasti sudah banyak yang dibuat. Bagaimana meningkatkannya? 

4.Tantangan lain khas Indonesia: Keanekaragaman budaya dan agama (fanatisme, intoleransi, tertutup): Peran kenabian apa yang sudah dan masih dapat disumbangkan sebagai kelompok minoritas dalam dialog dengan agama lain? 

5. Melalui berbagai macam media, kita dibanjiri gambaran sangat pesimis tentang keadaan Indonesia. 
  • Bagaimana para religius sudah dan tetap membangkitkan harapan (Yehezkiel) bagi mereka yang terancam putus asa? 

6. Dari pengalaman pribadi para nabi: Ah Tuhan Allah, sesungguhnya aku tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda. 

  • “Seandainya Saya berpikir engkau dapat mengerjakannya, Saya tidak akan memintanya kepadamu. Ini adalah tugas-Ku, bukan tugasmu. Engkau hanya dapat menyatakan apa yang sudah Saya selesaikan dalam dirimu.” (F.J. Moloney SDB, I. Suharyo Pr) 

Mistikus dan Nabi 

Johan Baptist Metz: “Mistik dengan mata terbuka.”

Selasa, 27 Desember 2011

Menjadi Mistik Dan Nabi


PENDEKATAN KRITIS TEMA SIDANG PLENO
Oleh : Rm. Sad Budianto, CM

PANGGILAN RELIGIUS UNTUK MENJADI MISTIK DAN NABI

1. PENGANTAR

Ulasan saya ini lebih berfokus pada “menjadi nabi” karena pengandaian bahwa menjadi mistik sudah lebih didalami dalam rekoleksi. Selain itu panggilan kenabian mengandaikan hidup mistik(dekat dengan Allah), karena tanpa kedekatan dengan Allah nabi hanya akan menyampaikan suaranya sendiri atau suara orang yang membayarnya. 

Senin, 26 Desember 2011

Dimensi kontemplatif dan profetis hidup bhakti


WAWANHATI MGR. ALOYSIUS SUDARSO SCJ: USKUP PENGHUBUNG KOPTARI - KWI 
PADA KESEMPATAN SIDANG PLENO KOPTARI 16 OKTOBER 2011 DI SURABAYA

Catatan tentang dimensi kontemplatif dan profetis hidup bhakti di jaman ini.

Pertama saya ucapkan selamat berjumpa kepada seluruh peserta sidang Koptari dan terimakasih atas undangan untuk pertemuan Koptari 2011. Salam dan hormat dari para Uskup yang baru saja kembali dari Roma untuk Ad limina Visita Apostolorum bertemu dengan Bapa Suci Paus Benediktus XVI, dan menghadap beberapa Kongregasi dan Dewan Kepausan termasuk Kongregasi Hidup Bhakti. 

Minggu, 25 Desember 2011

PANGGILAN RELIGIUS


PANGGILAN RELIGIUS UNTUK MENJADI MISTIKUS DAN NABI DI TENGAH DUNIA
Ajakan untuk kembali sadar akan tugas perutusan yaitu memancarkan aura/pancaran kasih Allah dan sebagai tanda kehadiran Kristus untuk menjadi nabi yang didasari kehidupan mistik, digemakan kembali.

Sidang pleno KOPTARI (Konferensi Pemimpin Tarekat Indonesia ) yang dihelat untuk pertama kalinya di Surabaya pada tanggal 12 – 18 Oktober 2011 secara umum bisa berlangsung dengan baik dan lancar bahkan sidang pleno yang biasanya monoton bisa berlangsung dengan dinamis dengan kehadiran sr. Anita sebagai MC.